STANISLAUS SANDARUPA
Stanislaus
lebih dari sekadar peneliti. Selama 14 tahun terakhir, dia mengelola
usaha perjalanan wisata Makassar-Toraja (325 km). Torindo Tours yang
dikelolanya khusus melayani kelompok akademisi atau wisatawan peminat
budaya suku yang berdiam di dataran tinggi Sulsel itu.
Dana
mendirikan Torindo diperolehnya dari menerjemahkan film dokumenter
tentang beberapa ritual adat di Toraja buatan TV5 Perancis (1996).
Rektorat Universitas Hasanuddin kala itu merekomendasikan
Stanis—panggilannya—membantu TV5 menerjemahkan bahasa Toraja ke bahasa
Inggris.
Sarjana
linguistik Inggris ini menerjemahkan sekitar 20 film selama sebulan
dengan upah 200 dollar AS per hari. Selain membeli sebuah minibus,
Stanis menyulap ruangan seluas 9 meter persegi di kediamannya menjadi
kantor sederhana. Sebagian lagi digunakannya untuk membangun Rumah Makan
Arumpala di jalan poros Makassar-Toraja.
Saat
duduk di bangku kuliah, dia memang terbiasa menerjemahkan ucapan
Toma’kayo, pemimpin upacara kematian di Toraja, yang direkamnya di
sejumlah ritual Rambu Solo’ (ritual kematian). Keinginan Stanis mengenal
lebih dalam budaya Toraja semakin besar berkat dorongan Prof Dr Salombe
sebagai pembimbing skripsi.
Ia
menganalisis teks yang diucapkan Toma’kayo untuk mengungkap kepercayaan
orang Toraja pada hidup sesudah mati dalam skripsinya. Setelah meraih
gelar sarjana pada tahun 1987, Stanis menyusun buklet tentang gemerlap
upacara adat dan sensasi adu kerbau sebagai panduan wisatawan. Buku
pegangan ini turut menggairahkan kunjungan wisatawan ke Toraja yang saat
itu sempat mencapai 375.000 orang setahun.
Niat
Stanis untuk melanjutkan studi pada jenjang magister sempat terkendala
karena tidak adanya jurusan linguistik antropologi di Indonesia. Namun,
dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin ini sukses meraih
ambisinya setelah menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia Timur yang
mendapatkan beasiswa Fulbright dari Pemerintah Amerika Serikat.
Studi
tentang budaya Toraja melalui kajian linguistik antropologi dienyamnya
di Departemen Linguistik University of Chicago. ”Bahasa dalam upacara
adat di Toraja ternyata tidak bisa dikaji hanya dengan linguistik murni,
melainkan linguistik antropologi untuk menghasilkan makna
sesungguhnya,” ujarnya.
Gelar
magister akhirnya ia sandang pada tahun 1989. Selama empat tahun
berikutnya, ia mengisi hari-harinya dengan mengajar dan menulis.
Sejumlah artikel tentang Toraja tulisan Stanis termuat di media Ibu
Kota.
Kiprah
Stanis dalam menganalisis budaya Toraja kembali menarik perhatian pihak
asing. Ford Foundation pada tahun 1993 menawarinya ikut program
doktoral di University of Chicago. Dalam studinya kali ini, Stanis
memfokuskan penelitian pada ritual Rambu Solo’ yang dilakukan penganut
Aluk Todolo (kepercayaan dari leluhur di Toraja).
Memahami Toraja
Setelah mengenyam teori kebudayaan selama dua tahun, ia kembali ke Tanah Air pada tahun 1995 untuk meneliti upacara adat Rambu Solo’ di sejumlah perkampungan Toraja. Selama tujuh tahun lebih Stanis berkelana dari satu kampung ke kampung lain yang khusus didiami para penganut Aluk Todolo.
Setelah mengenyam teori kebudayaan selama dua tahun, ia kembali ke Tanah Air pada tahun 1995 untuk meneliti upacara adat Rambu Solo’ di sejumlah perkampungan Toraja. Selama tujuh tahun lebih Stanis berkelana dari satu kampung ke kampung lain yang khusus didiami para penganut Aluk Todolo.
Stanis
sedikitnya mengunjungi empat kampung yang masing-masing berlokasi di
wilayah utara, selatan, barat, dan timur Toraja. Saat berkunjung ke
Kampung Simbuang di bagian barat Toraja, ia harus berjalan kaki hingga
10 km untuk mencapai lokasi. Namun, jerih payah itu terbayar karena di
Simbuang ia menemukan prosesi memeras mayat atau Mapara Tomate’ untuk
memisahkan unsur keras (tulang) dari yang lunak (daging).
Di
tengah penelitiannya itu, ia menulis buku pertamanya berjudul Life and
Death in Toraja (Universitas Hasanuddin, 2000). Tatkala penelitiannya
rampung dua tahun kemudian, ia mendapat beasiswa dari Toyota Foundation
Jepang. Beasiswa itu sebagai bekal menyusun disertasi.
”Hampir
semua penelitian saya didukung yayasan asing karena mereka memahami
pentingnya mengungkap keunikan budaya Toraja,” ungkap Stanis.
Pencapaian
itu kian mengukuhkan kapasitasnya sebagai peneliti yang memahami Toraja
Luar dan Dalam. Pada tahun 2008, ia terlibat dalam dua proyek stasiun
televisi asing, yakni FOX Television dan BBC Television yang memasukkan
Aluk Todolo dalam program 80 Faiths Around The Worlds.
Setahun
kemudian, Stanis bersama dua penulis lain, Elizabeth Cofill (AS) dan
Dana Rapaport (Perancis), menerjemahkan buku Ethnomusicology Toraja.
”Buku ini seperti kamus Toraja yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia,
Inggris, dan Perancis sebagai panduan bagi wisatawan,” katanya.
Berbagai
kerja sama dengan pihak asing itu membuat beberapa proyek Stanis
tertunda. Empat buku yang telah ditulisnya sejak beberapa tahun lalu
bakal rampung dan siap terbit tahun ini, antara lain, Tradisi Lisan
Toraja, Kambunni’: Mengungkap Keunikan Budaya Toraja, dan Kamus
Paralelisme Toraja.
Karya
itu menjadi modal berharga bagi generasi muda yang ingin mempelajari
kebudayaan Toraja. Selama ini kebudayaan Toraja yang berbasis pada
tradisi lisan nyaris punah karena hanya dipahami oleh segelintir
masyarakat yang sudah tua. Begitu pula dengan ritual Rambu Solo’ versi
Aluk Todolo mengingat penganutnya terus menyusut dari tahun ke tahun.
Seolah melengkapi penguasaannya akan budaya Toraja, Stanislaus kini tengah merampungkan kamus Bahasa Toraja-Indonesia.
Tak
keliru jika Stanislaus dijuluki kuncen atau ”juru kunci” budaya Toraja.
Ia lahir di Toraja, berdarah Toraja, meneliti tentang Toraja, dan
berbisnis untuk pengembangan kebudayaan Toraja.
****Stanislaus Sandarupa
- Lahir : Makale, 9 Oktober 1956
- Orangtua : Martinus Ello (ayah) dan Clara Tibe (ibu)
- Istri : Katrina Patabang (50)
- Anak : Gabriella Sandarupa (26), Dirk Sandarupa (24), Stanley Fulbright Sandarupa (22), dan Frank Ello Sandarupa (20)
- Pendidikan: - S-1 Linguistik Inggris Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin (1982-1987) - S-2 Department of Linguistics, University of Chicago, Amerika Serikat (1987-1989) - S-3 Linguistic Anthropology, University of Chicago, Amerika Serikat (1993-2004)
- Pekerjaan: Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin
- Karya Tulis, antara lain : - Pemerkosaan Nilai-nilai Budaya Toraja - Torajan Architecture: Order in Symbolic Design - Toraja’s Ancestral ’Tau-tau’ Figures - Tradisi Lisan dan Kearifan Lokal Toraja - Toraja Kota Orang Hidup yang Mati - Hilangnya Bahasa Politik yang Puitik - Life and Death in Toraja